Cerita Pak Guru Enos Erare dari Kampung Kokoda ( Kasuweri - Birawaku - Arbasina )
Semoga selalu dalam keadaan yang sehat wal afiat. aamiin.
Sahabat Kompipa yang masih setia mengikuti Blog Kompipa, karena Kompipa belum punya Website, tapi doakan yaa semoga Kompipa memiliki Web yang lebih profesioanal.
Di akhir Maret ini kita ingin mendengar cerita dari Pak Guru Enos Erare yang ada di Kampung Arbasina ( masuk dalam tiga Kampung besar Kampung Kasuweri-Birawaku-Arbasina ), berbagi Aktifitasnya di Kampung, serta Teman-teman dapat melihat kondisi Kampung di sana.
Pak Guru menceritakan, ada beberapa aktifitasnya di Bulan Maret ini, mulai dari Mendampingi siswa SMP untuk melaksanakan ujian Kesenian, yaitu menampilkan tarian tradisional dengan kostum khas Masyarakat Kokoda dan motif-motif khusu yang digambar pada bagian tangan, kaki dan wajah, Merka Menari di halaman Sekolah dan disaksian oleh Guru, siswa serta Masyarakat yang ada di sekitar Sekolah.
Aktifitas selanjutnya, Pak Guru bersama Masyarakat pergi ke Dusun Sagu untuk mengambil Sagu, Siapa yang sudah tau prosesnya ? dimulai dari menebang Pohon sagu, mengupasnya kemudian menghancurkan / menoki sagu, kemudian hancuran sagu tersebut dicampur air dan diperas ( sama seperti memeras santan ) kemudian di endapkan sari patinya dan endapan itu yang akan diambil dan dibawa pulang ke rumah, dalam 1 pohon sagu mereka bisa konsumsi satu keluarga bisa untuk 3-6 bulan, dan mereka akan kembali ke Dusun jika stok sagu dirumah sudah mulai menipis.
Sagu selain dikonsumsi menjadi Papeda, Masyarakat juga biasa membuatnya menjadi Sagu Bakar. Sagu basah yang diperolah dari Hutan, mereka keringkan seperti tepung, kemudian di ayak agar didapat tepung yang lebih halus, kemudian tepung tersebut dimasukan kedalam cetakan kemudian di bakar, pembakaran berfungsi untuk memasak sagu agar menyatu dan kering, sehingga sagu bakar memiliki waktu simpan yang lama, dan biasanya masyarakat konsumsi di pagi hari dengan segelas teh atau Kopi, serta untuk bekal jika berpergian ke Hutan, ke Laut atau ke tempat lainya.
Kemudian Pak Guru berkunjung ke Mama-mama penganyam Noken dan Tikar yang tersebar di Kampung Arbasina, Kasuweri dan Birawaku, membuat Noken dari Bahan alam yang tersedia di sekitar Kampung. Menggunakan jenis rumput yang tumbuh di rawa-rawa sekitar Kampung.selain kerajian ini mama-mama juga dapat membuat topi, panahan, kain rumput, dan banyak karya dari seni kriya, walaupun sebatas hanya pemanfaatan sendiri tetapi mama-mama terus membuat agar budaya mereka tidak hilang, sewaktu-waktu mereka akan jual jika saat ada kunjungan orang ke kampung serta saat orang kampung ada pergi ke luar untuk belanja/ keperluan lainya.
Aktifitas
Para Pemuda Kampung saat berkumpul dan melakukan pertemuan, salah satunya
membahas persiapan selama bulan Puasa, aktifitas Greja dan lainya, Pertemuan
biasa dilakukan di Rumah Adat Suku Kokoda yang digunakan sebagai balai pertemuan
umum,
Bersama
Masyarakat yang salah satunya tergabung dalam kelompok Nelayan, untuk mencarai
ikan di Laut, dengan cara menebar jaring, dilakukan pasa pagi hingga siang
hari, Adapun hasil laut yang di dapat yaitu Ikan dan Udang.
Perjalanan dari Kampung menuju distrik Inanwatan , bersama rombongan masyarakat, keterkaitan Kokoda dan Inanwatan juga sangat ertat, dimana salah satu Pelabuhan perintis ada di Inanwatan, serta banyak juga yang menikah antara Kokoda dan Inanwatan, serta beberapa anak di Kampung juga melanjutkan sekolah di Distrik Inanwatan, dan saat ini Rombongan Masyarakat banyak kepentingan menuju Inanwatan salahsatunya; membeli Bensin, Solar , Bahan Makanan dan lainya, serta masyarakat juga membawa hasil yang akan dijual seperti Rusa, Sagu, dan kerajian seperti Noken, Kain rumput dll.
Bersama
Keluarga dan Masyarakat Kokoda Muslim yang masih menjalankan ibadah Puasa,
mulai memeprsiapakan , memebersihkan dan merapikan Masjid dan Rumah mereka
untuk menyambut Hari Raya Lebaran yang diperkirakan jatuh pada Senin , 31 Maret 2025.
Momen bulan Puasa juga adalah momen berkumpul bersama Keluarga dan Aktifias kebersamaan
seperti Buka Puasa bersama, Solat Taraweh dan Acara Keagamaan, serta Nilai
Toleransi tinggi yang sudah lama melekat di kehidupan orang Kokoda.
Terimakasih
Tri
Komentar
Posting Komentar